RALF DAHRENDORF : TEORI KONFLIK : Otoritas dan Perubahan Struktur

 

RALF DAHRENDORF : TEORI KONFLIK : Otoritas dan Perubahan Struktur  

Eni Purwaningsih/20107020028

 


            Teori konflik muncul sebagai antitesis atau keterbalikan dari struktural fungsional yang sangat memperhatikan tatanan masyarakat. Karena teori konflik memiliki persprektif bahwa masyarakat sendiri memiliki tatanan sosial dengan masing-masing kepentingan yang berbeda yang mana mereka juga berusaha mencapai kepentingan mereka tersebut dengan cara mereka sendiri. Teori konflik Ralf Dahrendorf muncul sebagai separuh penerimaan serta separuh lagi penolakan dan modifikasi dari teori sosiologi Karl Marx.

            Ralf Dahrendorf merupakan salah seorang sosiolog Jerman yang lahir di Hamburg, Jerman pada 1 Mei 1929 dan wafat pada 17 Juni 2009 di Koln, Jerman. Dalam pendidikannya ia pernah mengenyam di Hamburg University. Pengaruhnya tidak hanya berada di negara Jerman, tetapi juga negara-negara lain, seperti saat Ia melakukan kunjungan singkat  ke Amerika Serikat pada tahun 1957-1958 dan menyadur kembali teori kelas dan konflik kelas ke dalam bahasa Inggris. Ia seorang yang memahami teori Marxian, tetapi karyanya lebih terlihat seperti cerminan fungsionalisme structural daripada teori konflik Marxian. Karya utama Dahrendorf berjudul Class and Class Conflict in Industrial Society (1959), yang mana paling berpengaruh dalam teori konflik dan menggunakan logika struktural fungsional. Jadi, fungsionalisme struktural dan teori konflik menjadi bagian paradigma yang sama. Yang mempengaruhi teori Dahrendorf ialah separuh penerimaan serta separuh lagi penolakan dan modifikasi dari teori sosiologi Karl Marx.

            Saya mengetahui konsep teori konflik Dahrendorf dari jurnal dan e-book yang ada di internet, salah satunya yang meringkas pemikiran Dahrendorf dalam Class and Class Conflict in Industrial Society (1959) menjelaskan konsep konflik. Marx menulis tentang kapitalisme dan kontrol sarana produksi, dibedakan menjadi kelas borjuis sebagai pemilik dan kelas pekerja sebagai buruh yang bekerja pada kaum pemilik. Kemudian Dahrendorf melakukan kritik akan konsep tersebut, Marx tidak memisahkan antara kepemilikan serta pengendalian sarana produksi pada abad ke-20. Menurut pemahaman saya, jika dalam teori konflik Marx terbagi menjadi kelas kapitalis dan kelas pekerja, maka dalam teori konflik Dahrendorf, dalam masyarakat post kapitalis, relasi dalam industri tidak lagi terbagi ke dalam kelas kepemilikian atau kapitalis, namun ada satu posisi lain yang dapat mengontrol itulah yang disebut otoritas. Dalam otoritas tersebut bisa menimbulkan konflik. Konflik yang muncul dalam masyarakat post kapitalis  tersebut ialah kelompok yang memeganng otoritas dan kelompok yang harus patuh pada otoritas.

            Contoh dari teori konsep di atas adalah dulu saya pernah bekerja di sebuah toko. Di dalam toko tersebut terdapat manajemen organisasinya. Dalam toko memiliki seorang supervisor yang bertugas mengawasi, mengontrol, dan  membuat keputusan-keputusan terkait keberlangsungan toko. Dalam hal ini supervisor berperan sebagai otoritas. Dalam otoritas tersebut muncul kelompok yang memeganng otoritas dan kelompok yang harus patuh pada otoritas. Kelompok yang memegang otoritas adalah pemilik toko dan supervisor, sedangkan kelompok yang harus patuh terhadap otoritas adalah para pegawai.

 

 

             

REFERENSI :

Wahid Nur Talaka. (2017). Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern. Jurnal Al-Hikmah. (Volume 3 : Nomor 1). Hal 35-48

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL IDEOLOGI DAN UTOPIA KARL MANNHEIM