INTEPRETASI TEORI KONFLIK FUNGSIONALIS LEWIS A. COSER
INTEPRETASI
TEORI KONFLIK FUNGSIONALIS LEWIS A. COSER
Eni Purwaningsih/20107020028
Kata konflik memiliki makna
pertentangan, secara umum istilah konflik digambarkan dengan pertentangan
antara satu kepentingan dengan kepentingan lain baik secara individu maupun
kelompok. Pertentangan kepentingan tersebut selalu ada dalam dunia sosial di
masyarkat. Hal tersebut tidak seluruhnya membawa pengaruh negatif, namun ada
pula sisi yang membawa dampak positif. Pandangan sisi positif mengenai konflik
sosial ini digagas oleh Lewis Alfred Coser.
Lewis
Alfred Coser adalah salah satu dari sekian sosiolog modern. Coser lahir di kota
Berlin, Jerman pada tahun 1913 dan meninggal pada tahun 2003. Sejak muda Coser sudah aktif dikomunitas kiri
Berlin, maka saat kekuasaan Hitler menguasai Jerman, Ia memilih mengamankan
diri dengan meninggalkan Jerman menuju Perancis. Di negara yang baru didatangi
ini, Ia bergabung dengan Aliansi kiri Perancis. Setelah perang dunia II
berakhir, Coser mengajar di Universitas Chicago. Pada tahun 1968 ia mendapatkan
gelar Ph.D di Universitas Columbia, selain itu juga mendapat gelar guru besar
di Universitas Bramdeis dan di sinilah Coser mulai banyak berkiprah di dunia
sosiologi. Dalam perjalanan karirnya, ia menghasilkan karya sebuah buku yang
berjudul The Function of Social Conflict.
Buku tersebut merupakan pengembangan disertasi doktoralnya. Yang mana
pemikirannya tentang konflik sosial tersebut dipengaruhi oleh pendekatan
sosiologi George Simmel.
Saya
mengetahui tokoh ini melalui beberapa jurnal serta tulisan-tulisan mengenai
tokoh-tokoh sosiologi modern, menurut Coser konflik konflik tidak harus
merusakkan atau bersifat disfungsional bagi sistem atau pihak yang
bersangkutan. Karena konflik bisa juga menimbulkan suatu konsekuensi yang
bersifat positif. Konflik juga merupakan cara atau alat untuk mempertahankan
serta mempersatukan sistem sosial yang ada. Dari pandangan itulah, Coser membagi konflik
menjadi konflik realistic dan non realistik. Konflik realistik ialah yang
berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan hubungan
sosial, sedangkan konflik non realistis adalah konflik yang bukan berasal dari
tujuan berlawanan justru meredakan ketegangan.
Setelah
memahami tentang konsep konflik sosial milik Coser ini, menurut saya inti dari
teori ini ialah alih-alih melihat konflik dari sisi negatif, justru melihat
konflik yang ditekankan dari sisi positif yakni bagaimana konflik dapat
menyatukan ketahanan individu, kelompok, maupun sistem sosial. Konflik ini
dapat berkontribusi dalam memperat hubungan individu/kelompok. Dalam kehidupan
masyarkat banyak sekali contoh nyata dari implementasi sisi positif konflik
baik konflik realistis maupun non realistis. Konflik realistis yang memiliki
sumber yang konkrit atau bersifat material, sedangkan non-realistis, konflik
yang didorong oleh keinginan yang tidak rasional serta cenderung bersifat
ideologis.
Contoh
dari konflik realistis dalam kehidupan bermasyarakat ini dapat dilihat dari kasus
pada tahun 2019, dimana aliansi mahasiswa seluruh Indonesia melakukan demo
turun ke jalan untuk meminta pemerintah membatalkan atau mengubah rancangan
undang-undang. Pada saat itu mahasiswa
menolak RUU KUHP dan revisi KPK. Mereka berkumpul membawa sejumlah spanduk dan
poster berisi penolakan tersebut. Mahasiswa berdemontrasi di depan gedung DPR
RI menutup jalan. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan para mahasiswa berkonflik
dengan pemerintah dan termasuk konflik realisis karena mahasiswa melakukan
aksinya didasari oleh alasan yang konkrit serta jelas mengenai penolakan
terhadap RUU. Sisi positif dari konflik tersebut, para mahasiswa dari berbagai
daerah dan bermacam almamater kampus bersatu untuk satu kepentingan, yaitu
mengkritik pemerintah.
Selanjutnya,
contoh nyata dalam masyarakat dari konflik non realistis tergambar dalam usaha
atau bisnis kuliner. Mereka para pedagang bakso banyak yang kecewa atas kesuksesan
salah satu pedagang bakso. Mereka menyalahkan pedagang bakso yang sukses
tersebut menggunakan cara-cara magis yang belum terlihat jelas keberadaan atau
realitasnya. Disebut konflik non realistis pedagang bakso tersebut memilih mengkambing
hitamkan hal-hal yang tidak realistis seperti berpikir bahwa lawannya
menggunakan cara magis untuk berdagang, hal tersebut meredakan ketegangan namun
dengan hal yang tidak jelas realitasnya.
REFERENSI
:
Khabib
Bima Setiawan. 2018. Lewis Coser
Bioghraphy. Teori Konflik Lewis A. Coser. Hal 2-10. https://www.researchgate.net/publication/327497761_LEWIS_COSER_BIOGRAPHY
Komentar
Posting Komentar